Recent Posts

Wednesday, July 19, 2017

JAMUR PELAWAN

Pohon pelawan (Tristaniopsis merguensis) merupakan salah satu spesies dari family Myrtaceae, Tristaniopsis merguensis tidak tersebar secara merata sebagaimana banyaknya penyebaran anggota Myrtaceae lainya. T. merguensis memiliki wilayah sebaran di selatan Myanmar, selatan Thailand, Malaysia Sumatera, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Barat, dan Kalimantan. Pohon pelawan biasanya dimanfaatkan masyarakat Pulau Bangka sebagai bahan bangunan, bahan pembuat kapal, ajir perkebunan lada, dan kayu api. Pada system perakaran T. merguensis terdapat jamur edible yang dikenal masyarakat setempat dengan jamur pelawan.

Jamur pelawan (Boletus sp.) merupakan jamur pangan ektomikoriza indigenus Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang tumbuh bersimboisis dengan pohon pelawan merah (Tristaniopsis sp) Jamur pelawan telah lama dikonsumsi oleh masyarakat local dan diharapkan dapat menajdi salah satu sektor unggulan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Kabupaten Bangka Tengah.

Jamur pangan pelawan termasuk dalam dunia fungi, filum Basidiomycota, kelas Basidiomycetes, ordo Agaricales, family Baletaceae, dan genus Boletus. Jamur pangan pelawan memiliki tubuh buah seperti paying. Dua bagian utama dari jamur pangan pelawan ialah bagian tudung dan bagian tangkai. Tudung jamur segar berwarna merah pada bagian atas dan berwarna kuning serta berpori pada bagian bawahnya. Bagian tangkainya berwarna merah dengan permukaan yang diselimuti oleh struktur jala. Jamur pangan pelawan mudah rusak pada kondisi segar, sehingga jamur dikeringkan untuk memperpanjang masa simpannya.
  Gambar 1. Jamur pelawan segar
Budidaya jamur ektomikoriza berbeda dengan budidaya jamur kayu, seperti jamur tiram dan jamur kuping karena pertumbuhan jamur ektomikoriza bergantung pada tumbuhan inang. Sejak tahun 2009, penelitian mengenai budidaya jamur pangan pelawan mulai dikembangkan dengan tujuan menjadikan jamur tersebut sebagai salah satu prodak unggulan. Akan tetapi sampai sekarang budiday jamur pelawan belum bisa dilakukan, diharapkan kedepan jamur pelawan dapat dibudidayakan seperti halnya jamur tiram dan jamur kuping. Sehingga produksi jamur pelawan dapat terus berkesinambungan dan bisa terkontrol tidak seperti sekarang yang masih tergantung pada musim dan juga produksinya tidak bisa terkontrol. Dengan harga ekonomis yang tinggi yaitu mencapai harga Rp. 1.500.000/kg jamur kering dan produksi yang stabil jamur pelawan mempunyai prospek ekonomis yang sangat menjanjikan. Selain itu didukung dengan kandungan gizi pelawan yang mengandung protein tinggi dan rendah lemak, serta memiliki kapasitas sebagai sumber potensial pangan fungsional karena memiliki kandungan mineral, serat pangan, biotin, dan vitamin C yang tinggi selain itu juga jamur pelawan memiliki kemampuan yang baik sebagai antioksidan. Hal ini tentu saja merupakan nilai plus sekaligus nilai jual jamur pelawan mengingat dewasa ini orang mulai menerapkan pola hidup sehat salah satunya dengan mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi serta bersifat fungsional bagi tubuh.

Jamur pelawan ditemukan tumbuh di Desa Namang diperkirakan pada Bulan September dan Bulan Oktober. Perlu diketahui bahwa usia jamur pelawan relative singkat yaitu kurang dari satu minggu, sehingga apabila terlambat diketahui maka jamur pelawan akan habis baik itu karena dipanen masyarakat, dimakan hewan ataupun rusak karena air hujan.

Produksi jamur pelawan semakin tahun semakin menurun. Hal ini diduga dikarenakan musim yang tidak menentu serta alih fungsi hutan kalung namang yang kini berubah menjadi kawasan wisata, dan lemahnya pendataan. Memang banyak sekali kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi jamur pelawan, antara lain yaitu: 1) jamur pelawan belum dapat dibudidayakan seperti halnya jamur tiram, jamur kuping, jamur kancing, dll; 2) sampai saat ini jamur pelawan tumbuh sangat tergantung dengan musim; 3) sulitnya memperoleh data produksi jamur pelawan yang valid; dsb.
Gambar 2. Jamur pelawan kering
Meskipun demikian Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka Tengah terus melakukan berbagai upaya untuk dapat mengembangkan jamur pelawan seperti: 1) bekerjasama dengan IPB pada tahun 2009 melakukan penelitian tentang jamur pelawan; 2) melakukan ujicoba perlakuan penebaran spora jamur pelawan di hutan pelawan; 3) melakukan isolasi spora jamur pelawan di laboratorium; dsb.

Penelitian jamur merupakan penelitian yang memerlukan waktu yang panjang, dikarenakan jamur merupakan mikroorganisme yang hanya bisa tumbuh pada media, iklim dan kondisi tertentu. Diharapkan kedepan dapat ditemukan metode budidaya jamur pelawan sehingga produksi jamur pelawan bisa ditingkatkan dan tidak tergantung musim.

0 comments:

Post a Comment