Gambar 1. Produk Madu Pelawan |
Hasil Hutan Non Kayu yang dikembangkan di Taman Keanekaragaman Hayati “Hutan Pelawan” Desa Namang Kecamatan Namang Kabupaten Bangka Tengah salah satunya pengembangan madu pelawan. Pemanfaatan hasil hutan non kayu khususnya madu hutan belum mendapatkan perhatian yang cukup dari berbagai pemangku kepentingan di provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kabupaten Bangka Tengah merupakan salah satu daerah penghasil madu pahit di Indonesia. Madu ini lebih dikenal masyarakat dengan nama madu pelawan yang memiliki rasa yang khas yaitu pahit. Madu pelawan dihasilkan dari nectar bunga pohon pelawan (Tristaniopsis merguensis Griff.) oleh lebah liar (Apis Dorsata). Pengembangan usaha perlebahan sangat mendukung konservasi hutan, salah satu isu lingkungan penting di tengah usaha pengalihan fungsi hutan dan lahan menjadi areal pertambangan, pembalakan hutan dan perkebunan besar.
Madu pelawan, merupakan madu yang memiliki rasa pahit berasal dari nectar bunga pelawan yang dihasilkan oleh lebah dorsata. Semakin tahun produksi madu pelawan semakin menurun diakibatkan luasan hutan pelawan yang semakin sempit akibat alih fungsi lahan dan pembalakan liar. Pohon pelawan merupakan keluarga Myrtaceae yang memiliki bunga berwarna putih dengan batang kayu berwarna merah. Untuk itu pengayaan tanaman pelawan merupakan langkah yang paling tepat untuk melestarikan madu pelawan. Akan tetapi upaya ini memakan waktu yang cukup panjang, karena pohon pelawan memerlukan waktu yang lama untuk tumbuh besar dan berbunga.
Gambar 2. Sarang Lebah yang sudah terisi madu |
Yang menarik dari madu pelawan adalah 1) rasanya yang pahit; 2) khasiat madu pelawan, oleh masyarakat Bangka Belitung diakui terbukti dapat menyembuhkan luka bakar, obat batuk, serta digunakan sebagai media terapi kesehatan seperti patah tulang dan kelumpuhan; 3) Ketersediaan madu pelawan masih terbatas dikarenakan bunga pelawan yang hanya berbunga 1 (satu) s.d 2 (dua) kali dalam setahun, dan 4) Harga madu pelawan tergolong tinggi yaitu Rp 700.000,-/lt.
Oleh karena itu pengembangan madu pelawan dinilai sangat menguntungkan, untuk mendukung hal tersebut Pemerintah Daerah berupaya untuk dapat meningkatkan produksi madu pelawan. Adapun upaya-upaya yang sudah dilakukan seperti pemasangan sunggau, dan perlakuan pembungaan pelawan yang bertujuan agar bunga pelawan dapat berbunga sepanjang tahun. Kedepan akan dicoba upaya yang baru yaitu pengembangan ternak lebah, karena diharapkan tidak hanya madu yang dihasilkan akan tetapi ada produk lain yang juga bisa dihasilkan berupa propolis, royal jelly dan juga bee pollan. Selain itu diharapkan dengan ternak lebah produksi madu yang dihasilkan akan lebih terkontrol, karena apabila masih tergantung dengan madu liar maka produksi madu tidak dapat terkontrol.
Gambar 3. Bunga Tanaman Pelawan Sumber Nectar |
Program madu pelawan masih fokus kepada produksi madu pelawan, akan tetapi seiring waktu berjalan akan perlahan dilakukan kontrol terhadap kualitas madu. Karena produksi madu jika tidak diiringi dengan kontrol kualitas maka dikhawatirkan madu pelawan akan kalah bersaing dengan madu lainnya di pasaran. Dikarenakan zat-zat yang ada pada madu yang ikut menentukan citarasa madu adalah senyawa yang mudah menguap. Karena itu madu harus ditangani dengan sangat hati-hati. Bila tidak, madu akan menjadi sirup biasa. Sesungguhnya rasa dan aroma madu terlezat bila langsung dari sarangnya yang masih tertutup oleh lilin. Bila madu dipanaskan pada suhu tinggi lebih besar dari 60 0C, maka kerusakan menjadi sangat serius. Demikian halnya bila madu kena udara.
Gambar 4. Lebah yang bersarang di dahan pohon dan sunggau |
Beberapa cara untuk budidaya madu dalam rangka meningkatkan produksi madu yang dihasilkan secara alami di taman keanekaragaman hayati “hutan Pelawan” yaitu dengan cara pemasangan sunggau dan budidaya madu dengan kotak. Fokus pertama untuk pengembangan madu kotak yaitu penguatan koloni lebah dengan cara membantu memberikan pakan berupa air gula dan juga bee pollan. Ada beberapa kendala yang dihadapi dalam beternak lebah kotak, antara lain: 1) adanya predator yang dapat membunuh atau membuat migrasi lebah Apis mallifera seperti semut, cicak, tawon, dll; 2) musim peceklik dimana tidak ada bunga untuk pakan lebah; 3) lebah Apis mallifera harus digembala dimana terdapat banyak bunga untuk pakan lebah, sedangkan petani kita belum terbiasa akan hal ini.
0 comments:
Post a Comment